Subjudul:
TwitterQuwH.
Length: Part 1
of 2 part.
Author:
Labilers (?) Rifqi ._.
Cast: Kevin,
Keva, Rila, Fa Noi, Doka, de el el lah pokoknyah~ (?)
Genre:
Friendship, Garingship (?)
Oke, sebelum
gue memulai fanfict garing ini, gue bakal ngasih tau lo kalau di post
sebelumnya, ada seorang kakak Kevin dan Keva, namanya Dikya. Dia ini penulis
cerita komedi kayak bang Radit, dan Kevin seakan menjadi Edgar(?). Ya, Edgar.
Edgar, yang sering dipermalukan bang Dika di semua buku- bukunya itu lho -___-
Kira kira,
kenapa ya subjudul FF ini alay beudz(?)?. So…
Cekidot!
*****
Hari libur bagi seorang Kevin adalah hari Twitter
Nasional. Ya, Kevin, anak berusia dua belas tahun yang mablangnya tingkat
dewa(?), memang tergolong seorang remaja laki- laki yang tidak seperti remaja
lelaki biasa. Di hari libur, Kevin pasti menyalakan laptop, dan untuk apa lagi
ia menyalakan laptop selain membuka twitter, jejaring sosial terbaik di dunia?
Kevin memang termasuk salah satu anak yang paling Tweetadict di kelasnya.
ZIIING..
Suara laptop berdenging nyaring, menyelimuti kesunyian
kamar Kevin. Setelah laptop itu hidup, ia segera memilih lagu- lagu favorit
yang akan dia dengar—band apa lagi kalau bukan Maroon Five?
Ia menancapkan modemnya pada lubang di sisi laptop yang
sudah tersedia. Tak menunggu beberapa waktu, ia menekan tombol ‘connect’. Ia
merasa, ia terbang bersama koala kritis menuju galaksi paling melonkolis, terus
makan buah manggis yang asemnya kayak bau ketek orang Inggris(?). Ah, intinya,
ia senang. *ini kenapa bau ketek orang Inggris dikait- kaitin dengan kesenangan
Kevin* -___-
Ia membuka aplikasi twitter favorite-nya, tempat biasa ia
bermain twitter—Tweetdeck. Beberapa mention masuk ia baca satu per satu, mulai
dari mention dari bule yang nggak ia kenal, mention dari teman sekolahnya,
teman dunia maya-nya, sampai.. mention dari anak yang alay.
Kevin memusatkan perhatian pada mention dari anak gaje
yang gentayangan di tab mention dia. Anak alay itu bernamakan ‘Rila ingin
cantik’, dan dengan username @RiLaclaLo3cantix, atau jika diterjemahkan dari
bahasa kalkulator ke bahasa Indonesia, dibaca ‘Rila Selalu Cantik’. Ava @RiLaclaLo3cantix
masih memakai gambar telur. Kelihatannya, twittnya baru, nih.
‘Siapa anak ini?’ Kevin bertanya dalam hati.
Anak itu, @RiLaclaLo3cantix, me-mention Kevin dengan
kata- kata ‘follback eaaaa Keviiin,,,,,!!!!!!!!!!’.
Kevin tersenyum getir membaca mention alay itu. Dengan
cepat, ia menekan tombol reply, lantas membalas mention @RiLaclaLo3cantix.
‘Maaf, ini siapa
dulu?’ tanyanya—uhm, lebih tepatnya ‘ketiknya’, lalu, sejurus kemudian,
tombol send berwarna biru telah ia
tekan. Memang banyak orang- orang aneh yang meminta followback dari Kevin, dan
Kevin selalu menanyakan identitas orang tersebut. Kevin tidak ingin memfollow
orang yang tidak ia kenal.
“KEVIIIIN!!!!” suara seekor Keva yang menggelegar
menyentakkan Kevin yang nyaris terpaku menatap layar monitor—menyaksikan tweet-
tweet yang keluar dari timeline-nya. Keva adalah saudara kembar Kevin yang
sifatnya terlalu dewasa, sewot, dan ke-ibu-an.
Kevin turun ke tangga—karena kamarnya berada di lantai
dua, lalu, ia menghampiri sumber suara yang berasal dari ruang makan. Tanpak
Keva sedang menyajikan telur mata sapi diatas nasi goreng pedas yang aromanya
bukan main.
“Nih. Buatan gue lho! Dijamin enak. Makan deh!” Keva
menyodorkan sepiring nasi goreng kepada Kevin. Sesaat, Kevin menatap Keva agak
lama, disusul menatap nasi goreng yang kini ada di hadapannya.
“Lo kenapa? Ooooh.. garpu dan sendoknya belum gue kasih
ya? Ini nih..,” Keva melepaskan celemeknya sebelum ia menyodorkan sepasang
sendok-garpu kepada Kevin.
“Makasih, va. Ini buatan lo ya? Halal gak? Barangkali pas
lo lagi masak nasi goreng ini, ada upil lo yang nyangkut. Gue takut makan upil lo,
va. Pasti horror. Lebih horror dari lagunya Bang Agung Hercules yang
Astuti(?)..” celetuk Kevin dengan muka datar.
“Kev, lo mau gue telen atau gue gampar? Aaah, atau lo gue
goreng di atas wajan?” Keva, dengan wajah melankolis, bersiap menangkap Kevin.
“Aaah, jagan va. Peace
love and gaul~!” Kevin membentuk dua jarinya, menyerupai huruf V.
“Wks.” timpal Keva datar.
Hening sejenak. Mereka saling menyantap nasi goreng
masing- masing. ‘Kalau difikir- fikir,
nasi goreng buatan Keva ini enak, sih..’ batin Kevin.
“Uhm..,” Kevin sedikit berdehem. Kepala Keva menengadah,
seakan bertanya ‘apa?’
“Papa dan Mama mana?” tanya Kevin.
“Mereka lembur, jam tiga baru pulang kerja. Sekarang, sih,
lagi tidur. Kayaknya, mereka kecapekan banget.” terka Keva. Kevin hanya
mengangguk, lalu melanjutkan makannya.
****
‘Ini akUwh, RiLla.
Nagh 7-9 170JHS (SMPN 170).. ’
Itulah mention pertama
yang Kevin dapat sehabis ia bersantap pagi. Mention dari @RiLaclaLo3cantix.
Kevin sedikit membelalakkan matanya menatap tweet Reo yang masuk ke tab
timeline-nya itu. ‘Rilla!? Anak 7-9 SMPN 170?! Itu teman sekelas Kevin! Kenapa
dia se-alay itu?’ Kevin bertanya- tanya dalam hati.
‘Ooh. Oke oke.
Done, ya, Ril. :D ’ balas Kevin. Ia telah memencet tombol ‘follow’ di twitt
Rila. Kevin semata memfollow Rila karena tak enak hati. Kevin dan Rila, kan, lumayan
akrab! So, Kevin follow saja Twitter Rila!
Semenit kemudian, tertera mention baru untuk Kevin.
‘Makaciiih eAaa.’
Kevin menelan ludah membaca twitt dari Rila. Kevin dan Rila
adalah teman yang cukup akrab, karena notabane tempat duduk Kevin ada di
belakang tempat duduk Rila. Rila.
Ia adalah salah satu cewek terheboh di kelas 7-9, kelas Kevin. Ia akrab hampir
dengan seisi kelas 7-9, tak terkecuali meja, kursi, bahkan, foto pak SBY
sekalipun, akab dengan Rila(?). Rila memang orang yang mudah bergaul.
‘Haha, sama- sama.’
jawab Kevin. Kevin memang terlihat kalem di twitter, terutama dengan teman
sekolahnya. Tapi, kalau di dunia nyata, bego’ nya gak ketulungan pehlis(?).
Semenit.
Lima menit.
Sepuluh menit.
Setengah jam.
Tidak ada balasan dari Rila. Entah kenapa, Kevin menunggu
balasan dari Rila. Dan Kevin pun baru sadar kalau ia sudah mengabaikan beberapa
mention yang masuk dari teman- temannya yang lain—tentunya selain Rila.
****
Hari ini hari Senin. Hari sekolah. Hari penghancur mood,
dimana kesenangan lo di hari Minggu yang damai dan tentram harus diakhiri
dengan bangun pagi, berangkat ke sekolah. Bad Ending fufufuf(?).
“Nah, udah nyampe kan? Kevin, Keva, baik- baik di
sekolah, ya. Kevin, kamu jangan bikin hal- hal yang aneh selama di sekolah.
Mama gak mau dapat laporan lagi tentang kamu yang matahin sapu sekolah, atau
kamu yang bikin pot bunga di depan kelas jadi pecah, atau kamu yang bikin kaca
di bingkai foto SBY jadi pecah. Oke?” Mama mendelik ke arah Kevin. Yang
didelik(?) hanya menunduk serta mengangguk. Keva menahan tawa ketika mendengar
omelan yang mama lontarkan untuk Kevin.
“Bye, Va. Bye, Vin.” Mama melambaikan tangan serta menginjak
pedal gas mobilnya—menancap pergi menjauhi kedua anaknya itu. Um, status Kevin
dan Keva masih diragukan saudara- saudara.. antara anak dan peliharaan.
“HOI, KEVIIIN!” seseorang dengan nada cempreng meneriaki
Kevin dari jarak jauh. Suara cewek. Heboh. Ababil(?).
“Eh, Kev, itu siapa?” Keva yang menoleh ke belakang dan
melihat seorang cewek dengan rambut dikepang dua, tengah berjalan terburu- buru
mendekati Kevin.
“Ah, ahhh.. Pagi, Kevin!” sapa… Rila. Ya, dia Rila.
“Kev, itu siapa?
Pacarmu ya?” bisik Keva.
“BU.. BUKAN KOK!!” Kevin menjawab dengan nada yang persis
sama kayak cucurut butuh pencerahan(?).
“Bukan atau bukan..” Keva mendelik ke arah Kevin seraya
tersenyum licik. Keva langsung berlari menjauhi Kevin.
“VA! Vaa.. hei, VA!” teriak Kevin. Keva tidak menggubris.
Posisi Keva yang tadinya ada di samping Kevin, kini
digantikan oleh Rila.
“Nah. Apa kamu?” Kevin mendelik ke arah Rila.
“YELAH JUDES BANGET LO YA!” jerit Rila. Kevin yang ada di
sebelahnya mendadak ilfil, karena jeritan Rila membuat banyak orang yang ada di
lapangan kini memperhatikan kedua sejoli setengah matang(?) itu.
“Lo. Kenapa deket- deket dengan gue? Ganjen.” sembur
Kevin.
“Gue Cuma mau bilang, nanti pas keluar main, ajarin gue
main twitter yah. Ehbewtewe, lo cakep hari ini.” Rila tersenyum usil, lalu
melangkah agak cepat meninggalkan Kevin yang tertinggal di belakang.
Kevin hanya menghembuskan nafasnya, seraya tersenyum
getir mendengar pujian seorang Rila.
***
To be continued…
NAH SODARAH
SODARAH, gimana FF nya? Gak jelas? Garing? Gaje? Atau.. yang lain? Ini FF masih
setengahnya, setengahnya lagi ketinggalan di pikiran, belum ditulis di blog(?),
nanti deh aku tulis.
Komentar
kalian sangat gue butuhkan dalam kelangsungan hidup Kevin, Keva, dan Rila(?).
So, jadilah readers yang bijaksana, berkomentar sesudah membaca #eaea
#iniquotesapa.
Part II,
Insyaallah besok nyusul ~(^^~) ~(^^)~ (~^^)~
Adios.
7 komentar:
wkwkw, ngakak :D
umm, salah ketik ya Lip?
"Kevin semata memfollow Rila karena tak enak hati. Kevin dan Rila, kan, lumayan akrab! So, Kevin follow saja Twitter Rio!"
dari "Rila", jadi "Rio"??
gue yg salah mengartikan ato bagaimana ini .__.
atau mungkin Rila itu sebenernya Rio yg memutuskan utk menjadi seorang transgender?
dia berubah jadi cewek gara2 gak di follback sama Kevin selama ini .___.
mungkinkah begitu??
bagus Lip..
tapi jangan pake "(?)" -_-
ini kan FF Lip..
@nek uyut: thanks umumumu =3=
@kak eva: udah kuedit.__.
tanpa tanda '(?)' itu jadi gak lengkap atau aneh gitu kak, menurut aku sih(?)
pengen tahu kelanjutannya nih. Apakah kevin jadian sama Rila atau cuma modul buat ngajarin twitteran :)
ditunggu bang.
.-. eaeaeaaa~ :3
Wakakakak.... Rifqii... ini terinspirasi dari gebetanyaaa
Posting Komentar