Length: Part 1
of 2 part.
Author:
Labilers (?) Rifqi ._.
Cast: Kevin,
Keva, Rila, Fa Noi, Doka, de el el lah pokoknyah~ (?)
Genre:
Friendship, Garingship (?)
Eh eh BTW ini gue baru buat tadi .__. hope you like it (y) tolong komentarnya ya qhaqha.. :3
Part II Twitterquwh.
“Eh, temen- temen,
juga saudara- saudara sekelas, tolong follow twitter
gue yah, @RiLaclaLo3cantix. Gak follow, barbel melayang.”
Pak, Warnyan, guru matematika sekaligus guru ter-killer
di 190 JHS mengeja pelan tulisan yang ada di Papan Tulis. Sementara yang
menulis hal tersebut hanya terdiam, mengeluarkan keringat dingin.
“Ini apa? Twitter? Follow? Barbel?” Pak Warnyan
mengangkat sebelah alisnya, untung bolamatanya nggak keangkat(?).
Sekelas sunyi.
“Siapa yang buat tulisan begini? Ayo angkat tangan!”
Si pembuat tulisan di papan tulis tersebut belum mengaku.
Barangkali, si pembuat tulisan lupa kalau matematika ada di jam pertama, hari
Senin, tepat setelah upacara.
“Yang piket mana, hah!? Kan bapak sudah bilang, jika
bapak sudah datang, kelas sudah rapi! Tidak ada tulisan di Papan Tulis, tidak
ada meja dan kursi yang letaknya sembarang, tidak ada kata ‘berantakan’ jika
bapak melihat meja guru, tidak ada sampah berserakan. Tapi..!?” Pak Warnyan
mulai meluapkan kemarahannya.
“Oke, mengenai kebersihan kelas karena tidak ada sampah,
bapak hargai itu. Tapi.. tugas- tugas lain kenapa terbengkalai!?”
Oh, yang membuat tulisan di papan tulis tersebut baru
tersadar kalau hari ini dia piket. Ya, tugasnya selama piket adalah menghapus
tulisan di papan tulis, membereskan meja dan kursi, juga merapikan meja guru.
Tepat. Yang menulis tulisan tersebut di papan tulis dan
yang melalaikan tugas piketnya adalah Rila.
“Dimana daftar piket?” Pak Warnyan memicingkan mata, bola
matanya memergoki jengkal demi jengkal dinding di kelas 7-9. Ia belum menemukan
sebuah karton besar bertuliskan ‘Daftar Piket kelas 7-9.’
Dua detik kemudian.
‘Ah, itu dia.’
batin Pak Warnyan—matanya terpaku pada sesuatu yang sedari tadi ia cari—lalu,
ia berjalan ke belakang kelas. Ya, daftar piket kelas ada di dinding bagian
belakang kelas, bersebelahan dengan foto Pahlawan Jendral Ahmad Yani.
“Raisa. Rila. Gion.
Alvin. Zia.” ucap Pak Warnyan, setengah bergumam. Tapi, karena suasana
kelas yang sangat sunyi dan juga gumaman pak Warnyan cukup besar, maka, sekelas
dapat mendengar apa yang digumamkan pak Warnyan.
“Mana saja orang- orangnya?” tanya Pak Warnyan, nada
bicaranya meninggi. Beberapa nama yang disebutkan berdiri.
“Yang bertugas menghapus tulisan di papan tulis, membereskan
meja dan kursi, juga merapikan meja guru itu siapa, Alvin?” Pak Warnyan
bertanya kepada Alvin—yang kebetulan juga ketua kelas.
“R.. R.. Rila, pak.” Alvin menjawab dengan nada bergetar.
“Rila?” Pak Warnyan kini memicingkan matanya ke arah
Rila.
“Y.. ya.”
“Kenapa kamu tidak melaksanakan tugasmu?”
“S.. saya lupa pak.” Rila menundukkan kepalanya, kepangan
rambutnya agak bergoyang.
Pak Warnyan menghembuskan nafasnya. “Baiklah. Bapak tahu,
anda baru saja upacara, dan anda agak kelelahan. Jadi, sebaiknya, bapak tidak
memberikan hukuman lari keliling lapangan untuk anda. Sekarang, laksanakanlah
tugas anda, bapak tunggu satu menit!”
“S.. siap, pak!” Rila—dengan cepat langsung berlari ke
depan kelas, menghapus tulisannya di papan tulis, membereskan meja, dan lain
sebagainya.
“Selesai Pak.” ujar Rila.
“Bagus.”
Pak Warnyan maju ke depan kelas. Pelajaran pun dimulai.
“Ril. Kalau saja lo agak lama membereskan kelasnya,
mungkin kite tidak belajar matematika yang sangat not fun dan absurd ini.”
bisik Fa Noi kepada Rila.
“Gue cuma dikasih waktu satu menit, com.” Rila nyengir
kuda.
***
9.40—
Jam
istirahat. Satu- satunya waktu terbaik di sekolah, selain rapat guru.
“Eh, katenye, si Rila punya twitter yah.” Doka
menghampiri Kevin.
“Ya. Dia menysen gue di twitter. Mau liat mensyenannya
yang bagus banget tulisannya?” Kevin menyeringai, mengeluarkan androidnya dari
kantung celananya. Doka mengangguk cepat.
“Baca sendiri.” Kevin mengeluarkan handphonenya dari
kantung celana.
“follback eaaaa
Keviiin,,,,,!!!!!!!!!!” gumam Doka. Kevin dan Doka saling tatap beberapa
detik, lalu..
“AHAHAHA NGAKAK GELAAAA! Alay banget!” Doka tertawa
kencang, Kevin hanya meringis. “Liat mensyen dia selanjutnya, deh.”
Doka menscroll-up
tab mention Kevin.
“Yaampun, aku baru tau dia sealay ini.” gumam Doka.
“Begitulah.” timpal Kevin.
“HAAAAI KEVIN! HAAAAAI DOKA!” tiba- tiba, Rila muncul
dari belakang.
“HWA!” Kevin dan Doka serentak terlonjak.
“Eh Kev!” Rila duduk persis di samping Kevin.
“Jangan ganjen ya mbak.” sembur Kevin agak kesal.
“Ah, nggak kok! Gue cuma mau nanya, ava lo warnanya apa?
Masa ava gue warnanya ungu? Warna janda, gue suka warna pink!” tiba- tiba, Rila
menyemburkan kemarahannya.
“Maksud L?” Kevin bertanya- tanya.
Rila menghembuskan nafas gusar, mengeluarkan
handphonenya, lalu mengotak- atik handphonenya sebentar—entah untuk membuka
apa, lalu, ia menyodorkan handphonenya kepada Kevin.
“Nih. Liat. Background telor ava gue warnanya ungu. Gak
unyu banget.” dengus Rila dengan gaya sok imut, semacam mpok nori telat ABG(?).
“… oh.. itu. Haha.” Doka yang ikut nimbrung, melihat
layar handphone Rila.
“Gimana gantinya dong? Gue mau yang warna pink pokoknya,
titik!” bentak Rila.
“Uhm.. eh. Lo kenapa bentak- bentak ke gue coba..” Kevin
nyengir getir.
“Ah, sorry. Lo kayaknya bisa rubah warna ava gue. BISA
KAN KEV BISA KAN!?” Kevin hanya mengangguk mendengar permintaan Rila.
“O.. oke deh. Tapi, gue minta password twitter lo oke?”
Kevin sarkastik.
“MANA BOLEH! NANTI TWITTER GUE ELO HACK!” Rila
menggelengkan kepalanya.
“DUDUL PANGKAT BEGO LO MAH YA! MANA BISA GUE GANTI AVA LO
TANPA TAU EMAIL DAN PASSWORD LO.” Kevin nyengir. Doka hanya dapat menahan tawa
mendengar percakapan dua makhluk butuh pencerahan(?) itu.
“… I, iya sih. O.. oke.” Rila salting, menyadari betapa
dudulnya diri dia.
“Ini password twitter gue.” Rila meraih secarik kertas,
merobek sebagian kecilnya, lalu menuliskan beberapa huruf. Setelah itu, ia
menyerahkan kertas tersebut kepada Kevin.
“Aqyuwcantixdandluthu.
Benar ini password lo?” koreksi Kevin. Rila mengangguk, langsung melenggang
pergi tanpa mengucapkan terima kasih.
“Dia kok agak semprul gimana gitu ya..” Kevin tersenyum
getir, kelopak matanya menutupi setengah matanya. Dako hanya mengangguk seraya
nyengir.
“Eh. Kita stalk twitter doi yuk. Tadi gue cuma liat twitt
doi sekilas.” ajak Doka. Kevin mengangguk, lalu menghidupkan notebook-nya. “Kita
make notebook aja, nikmatin kencengnya Wi-Fi sekolah. Hahay~~~”
Doka login ke twitter dia, lalu, ia membuka profil Rila.
*klik gambar untuk memperbesar* |
“Wow. Twittnya udah 17.” gumam Doka.
“Followingnya 53.”
“Followersnya 1. Siapa tuh?” tanya Doka kepada Kevin.
“Gue, Dok. Kan kemaren dia mensyen twitter gue, minta
follback.” ujar Kevin.
“Oh iya yah. Barusan juga lo udah bilang, ahaha.” Doka
menepuk jidatnya. Kevin hanya nyengir.
“Liat twittnya yok.”
Kevin mengangguk, menyetujui ajakan Doka.
“Hai @justinbieber!
FoLLbAck Aku YeAh.” Doka mengeja twitt teratas yang ada di profil Rila.
“Yaampun. Dia minta follow back ke Justin… make bahasa
alay. Mana Justin ngerti..,” Kevin nyengir, menahan hasrat ngakak beudz(?) nya.
“Yang lain yuuk~!” ajak Doka.
“Hai @katyperry! tiNaGe
dReam de Wei Yu TuRn mi On.. aQuh cuKa lirik LaGumu yAnk Ituw..!”
“Dia mention katy perry, make lirik lagu Teenage Dream ya?
Tulisannya salah? HAHAHA!” Kevin ngakak, saking lucunya doi guling- guling di
lantai, terus nyungsep ke gundukan bulu ketek bang Agung Herclues(?).
“Hahaha!!” Doka ikut tertawa.
Dua anak setengah dudul(?) ini terus menstalk twitter
Rila, hingga sampailah mereka ke twitt pertamanya..
“Hai sMua! FoLLbaCk
Quwh Eaaa!” eja Doka.
“Dia ngetweet begitu waktu followersnya masih nol.” kevin
nyengir.
“Eh oh eh! Aku minjem notebookmu sebentar ya, mau gantiin
warna telor ava Rila.” izin Kevin. Doka mengangguk, setengah bingung bagaimana
cara Kevin mengganti warna ava Rila.
“Make Photoshop. Save aja avanya yang gambar telor itu, terus warnanya diganti.
Selesai kan?” jelas Kevin yang seakan tau akan kebingungan sobatnya.
“Haha, tumben pinter.” ujar Doka.
“Apasih?-___-” sambar Kevin dengan nada melemas(?).
Selama beberapa menit, Kevin mengotak- atik laptop Doka.
Dan akhirnya..
“Selesai juga. Hahaha. Proyek dan mahakarya yang
mahadudul.” Kevin mengelap keringatnya yang satu dua butir keluar.
“Liat liat!” Doka melihat twitter Rila setelah dibedah
Kevin(?).
*klik gambar untuk memperbesar* |
“HEI, RILA! COBA LIAT INI!” Kevin meneriaki Rila yang
tengah makan snack di kursinya.
“Apa?” tanya Rila, mendekati Kevin dan Doka yang tengah
menunjuk nunjuk layar notebooknya.
“Avamu udah keganti.” jelas Kevin.
“HWA! MAKASIH YAAA KEVIN!” Rila melonjak- lonjak
kesenangan, melihat avanya berubah menjadi warna pink.
“… sama- sama. Haha. Sudah sana pergi kamu!” Kevin
mengusir Rila, seperti mengusir ayam dari tetangga sebelah(?).
Dan begitulah, Rila
tak tahu bahwa bukan hanya Kevin dan Doka yang membicarakannya. Hampir sekelas
membicarakan twitter Rila yang asli alay.
***THE END***
Yah begitulah ceman- ceman(?), akhirnya avanya Rila keganti jadi warna pink, gara gara Rila menganggap kalo warna ungu itu warna janda. ~(^^,~) (~,^^)~
Padahal, menurut aku, ungu itu bagus kok ehehe .___.
Sampai jumpa di judul berikutnya ~~~\( 'v')/
Tolong komentarin ya, dan kalo ada yang typo atau semacamnya, CMIIW~
Adios.
10 komentar:
ralat: Part 2 of 2 Part
yah, kirain Kevin sama Rila jadian..
trus Kevin kena aura alaynya Rila..
Doka sahabatnya Kevin jadi alay juga..
dan semua warga 190 JHS jadi alay semua..
*TAMAT*
hahahaha
so far, keren Lip.
ditunggu FF lainnya ~(^^~)
-_-
Nama JHS nya jadi ALAYJHS (?)
Makaci eeaaa qhaqha XD
hahahaaa.. alay twitter. ampun deh. Eh, itu niat banget yak bikin twitternya. Keren ^^b
...............................
@kak tammi: waaaa makasih XD
itu twitter bikinnya di photoshop, diedit kak._. Wkwk :3
@ratri: apaan raat .-.
Wakakakakakk.... yah udah END ya? T.T pengen baca lagiiiiiii....
@billy: masih adaaaa ~(^^~) lagi nyari ide ini ._.
KAK kelanjurannya donk :) ,
tanggung banget saya bacanya :(
laGI seru-serunya tau :D
Simak Tantangan Kreatif Blogger Berhadiah Mingguan & Grandprize Android
Posting Komentar