Kamis, 24 November 2011

FF: Jangan Pergi Pak Oonishi

Hai.. aku udah lamaaaa banget bikin fanfict ini di akun ku. Quiz AnimeManga. Aku yang sering buat cerbung di akan FB itu. Cerita tentang Miiko. Cerita ini udah lama banget aku buat, lupa kapan xD. Ceritanya baru sampai Part- V, belum selesai :D. Gueh malas ngelanjutiinnyaaa.. gimana yaaa... malass... hehe. Harap dibaca dan dikomentar ya. Comment, pleasee.. >,<. Ceritanya menggunakan latar belakang Miiko, tapi karya asli karyaku, tokohnya aku ambil dari tokoh Bu Ono Eriko. Begitu, kan, nggak papa. Yang jelas, jangan mengaku saja kalau tokoh Miiko itu buatan kalian.
Mau tak ceritaku yang paling banyak mendapat respons komentar dan like? Ini diaaah:

Part I


"MIIKO! MOLOR MULU!" teriakan Mama mengagetkanku dan akupun terbangun dari tidurku yang lelap. Hhh.. Mama. Aku lagi enak- enaknya tidur.

"Miiko! Sekolah!" kata Mama. Aku lalu turun dari ranjangku. Hm.. bau roti panggang dengan selai blueberry 'menyihir' air liurku untuk turun. Enak sekali! Aku lalu mengganti piyama ku dengan baju untuk sekolah.

"Sudah jam 7. 15 lho.." kata Mamoru sambil meneguk susu sapi asli Eropa Utara yang dibeli Papa saat dinas luar negri, ketika aku sudah sampai di ruang makan.

"Iya, aku tau. Ini kan musim dingin, nggak perlu mandi!" kataku. Lalu aku menggigit roti untukku yang telah disiapkan.

"Hai, Momo!" sapaku kepada adikku, Momo.

"Mi!" kata Momo. Aku tertawa.

"Miiko! Cuci tangan dulu!!!!" kata Mama, 'ngamuk kayak banteng' seperti biasanya. Aku lalu membasuh tangan dan muka ku.

"Hm... hari ini menunya sup ayam sama ramen kan?" tanyaku kepada Mamoru.

"Pikiranmu makanan melulu. Kamu ada PR nggak?" tanya Mamoru. Aku nyaris tersedak saat mendengar pertanyaan Mamoru.

"PR? GAWAAAAAT..! AKU LUPA BUAT PR KANJI!!" aku panik. Mama hanya melotot.

"Okelah.. sudah terlambat! Ayo Miiko, kita sekolah!" Mamoru menarik tanganku.

===DI SEKOLAH===

"Hai, Miiko!" sapa Kenta dan Yuuko.

"Hai, Gentong!" sapa Tappei. Miiko menghajar Tappei sampai habis.. hahahaha..!

"Mari- chan mana?" tanya Miiko.

"Sepertinya dia terlambat!" jawab Kenta.

"Oh... O, ya. Kalian buat PR Kanji?" tanya Miiko.

"Aku buat dong! Aku diajari Yuuko!" kata Kenta.

"Ah.. Kenta. Biasa aja!" Yuuko tersipu malu.

Tiba- tiba Mari- chan datang dengan muka  yang lesu.

"Mari- chan! Kamu kenapa? Sakit ya?" tanya Miiko.

"Nggak.. Miiko..," jawab Mari- chan tanpa menoleh ke Miiko.

"Komikmu masuk kelas C lagi ya..," tanya Yuuko.

"Sudah lah Yuuko. Nggak usah dibahas!" kata Mari- chan.

-TENG TENG TENG-

Bel berbunyi. Semua duduk di kursi masing- masing.

Part II

Kelas masih saja ribut, meskipun setiap anak sudah duduk di tempatnya masing- masing. Padahal, sudah bel. Tiba- tiba, Pak Oonishi masuk ke kelas. Kelas sunyi senyap seperti kuburan.

"Beri hormat!" kata Yoshida, sang ketua kelas. Semua pun lalu memberi hormat kepada Pak Oonishi. Pak Oonishi lalu duduk di kursinya.

"Kumpulkan PR Kanji kalian!" kata Pak Oonishi. Semua mengumpulkan kecuali.. Aku!

"Yamada! Kau buat PR?" tanya Pak Oonishi. Aku menggeleng ketakutan.

"CEPAT BERDIRI DI KORIDOR!!" Pak Oonishi marah besar. Aku hanya pasrah. Hah.. coba tadi malam aku nggak nonton kaset dan kerjakan PR....

=-=-=-=-DI KORIDOR-=-=-=-=

"Mamoru!" kataku ketika melihat Mamoru berjalan di koridor bersama Etsu, temannya. Mamoru tidak menoleh dan hanya bersiul- siul.

"Dasar pura- pura nggak tahu!" gumamku pelan. Hah.. Rasanya, lama sekali satu jam pelajaran berlalu. Aduh.. kakiku sudah pegal.

Tiba- tiba, ada secarik kertas melayang dari jendela yang terbuka. Di sisi koridor memang ada jendela.
Aku membaca kertas itu.

"KAU TIDAK APA- APA?
E.T"


E.T? Siapa E.T itu? Tulisannya lumayan jelek.. AHA! Aku tahu siapa! Dia Tappei! Eguchi Tappei! Tempat duduk Tappei memang persis di samping jendela.

Aku membalas suratnya di kertas bagian belakang.

"PEGAL!"

itulah yang aku tulis. Lalu, Tappei mengirimkan kertas baru yang lebih lebar, namun ia gulung agar kecil.
Balasannya adalah..

"KASIHAN.. HAHA! MAKANYA, JANGAN NGGAK BUAT PR!"

Hih! Tappei! Aku segera membalas suratnya. Dan yang aku tulis adalah..

"AWAS KAU!"

Aku lalu melempar kertasku ke meja Tappei.

"TAPPEI!" teriakan keras Pak Oonishi mengagetkanku. Terdengar sayup- sayup, sih.


"KAU MAIN- MAIN SAAT BELAJAR! SANA KELUAR!" kata Pak Oonishi.


Sesuai dugaanku, Tappei disuruh berdiri di koridor, sepertiku.

"HAHAHA! RASAIN! MAKANYA JANGAN NGELEDEK!" kataku kepada Tappei.

"Bawel ah!" kata Tappei sok cuek. Meski aku tau, Tappei sengaja main- main.

"Hm... Yamada, mau permen karet?" tanya Tappei sambil menjulurkan tangannya. Di telapak tangannya terdapat satu permen karet.

"Punya kamu, mana permen karetnya?" tanyaku.

"Ah, untukmu saja!" kata Tappei.

"Bagi dua ah!" kataku. Aku membagi dua permen karet itu. Tentunya, kami makan permen karet secara sembunyi- sembunyi. Soalnya, di sekolah kami, ada peraturan yang menyebutkan bahwa murid- murid dan anggota sekolah tidak boleh makan permen karet! Hahaha.. kami bandel ya. Jangan ditiru.

Terdengar suara pintu kelas yang terbuka.

"EGUCHI, YAMADA, MASUK!" kata Pak Oonishi.

~-~-~-~-~to be continue~-~-~-~-~

Part III

"YAMADA, EGUCHI, MASUK!" kata Pak Oonishi. Kami berdua masuk dengan sedikit ketakutan karena Pak Oonishi marah- marah. Dan juga.. kami takut ketahuan kalau kami makan permen karet! Hahaha...

KRING.....!

Bel berbunyi. Kami semua lalu istirharat. Tapi...
"Yamada, Eguchi, temui bapak di kantor!" kata Pak Oonishi. Hah? Yah..! Apakah kami ketawan makan permen karet?

"I..Iya Pak.." jawab kami gemetaran. Pak Oonishi lalu pergi meninggalkan kelas.

"Tappei! Buang permen karetmu!" kataku. Tappei menoleh.

"Oke! Aku baru mau bilang. Cepat sebelum kita ketangkap basah makan permen karet!" kata Tappei. Kami lalu menyobek secarik kertas dan menaruh permen karet di kertas itu. Lalu permen karet itu kami selimuti dengan kertas dan kami taruh di tempat sampah.

"Hufh.. Udah yuk. Pak Oonishi sudah menunggu!" kata Tappei.

"O..oke!" kataku. Kami lalu berlari kecil menuju kantor yang terletak di lantai satu.

"Hei! Tappei, Miiko!" sapa Kenta saat kami bertemu dengannya di koridor. Mulut Kenta penuh dengan kentang goreng.

"Kenta! Mana Yuuko dan Mari- chan?" tanyaku.

"Oh.. Yuuko masih di kantin, membujuk Mari- chan supaya dia nggak merajuk lagi. Perkiraan kami, dia masuk kelas C lagi di Manga Class! Sepertinya, sih. Dia nggak mau buka mulut mengenai kenapa dia cemberut terus sejak tadi pagi!" jelas Kenta panjang lebar, tak memedulikan kentang goreng yang ada di mulutnya.

"Okelah!" kata Tappei. Tappei berlari lalu aku mengikutinya.

"Hei! Kalian mau ke mana?" tanya Kenta.

"Mau ke kantor, dipanggil Pak Oonishi!" kataku. Kami berlari ke kantor... makin menjauh dari Kenta. Dan akhirnya batang hidung Kenta tak kelihatan lagi.

Setelah agak lama berlari..

"HUFH! Akhirnya sampai juga!" kataku ngos- ngosan.

"Kamu lari kayak siput! Lambat banget! Tapi kamu juga kayak kebo sih.. perutmu gendut!" kata Tappei. Aku melirik tajam mata Tappei. Dia pura- pura bersiul, seolah dia tak tahu apa yang terjadi. Iya, sih, kata- kata Tappei ada benarnya. Aku jadi ekstrak gendut gara- gara makan dan minum melulu di musim dingin ini. Ah, sudahlah! Tak usah dipikirkan! Kami lalu memasuki kantor.

"Permisi..," kataku dan Tappei.

"Yamada, Eguchi, kesini sebentar!" kata Pak Oonishi. Kami lalu duduk ke dekat Pak Oonishi, di kursi yang telah disediakannya.

"Ini tugas Kanji dan Matematika untuk kalian. Karena kalian tadi berdiri di koriodor!" kata Pak Oonishi seraya menyodorkan beberapa lembar kertas.

"Baik, Pak!" kataku dan Tappei serempak. Hufht.. untung bukan soal permen karet!

"Dan satu lagi.. hari sabtu lalu, kami, guru- guru SD Suginoki rapat mengenai.. salah seorang guru yang akan dipindahtugaskan ke Prefektur Iwate. Kalian tahu, kan? Beberapa waktu lalu, Iwate terkena tsunami? Ada salah satu sekolah dasar yang kekurangan tenaga kerja di sana. Dan setelah rapat yang lumayan panjang... ditunjuklah Bapak sebagai guru baru di sana.." jelas Bapak agak sedih. Aku dan Tappei terkejut. Mulutku beku, tak dapat bicara. Pak Oonishi? Pindah? Aku nggak mau!

"Karena itu lah, Bapak tadi marah- marah. Bapak sedih harus meninggalkan kalian. Bapak minta maaf karena Bapak belum memberikan yang terbaik untuk kalian.." jelas Bapak.

"Bapak sangat senang mengajari anak- anak spesial seperti kalian.. kelas 5-3.." ujar Pak Oonishi lagi. Aku .. sedih sekali! Aku tak bisa membendung air mataku. Dan akhirnya.. air mataku mengalir deras..

"BAPAK! BAPAK JANGAN PINDAH! KAMI JUGA BELUM MEMBERIKAN YANG TERBAIK UNTUK BAPAK!" kataku sambil terus menangis.

"Aku bersyukur.. punya guru yang baik seperti bapak.. kami juga menganggap Bapak adalah guru yang spesial..!" kataku. Aku mengusap air mataku.

"Benar, Pak. Kami tentu sangat sedih jika bapak pindah..!" kata Tappei tertunduk.

"Mau bagaimana lagi anak- anakku.. lusa bapak berangkat ke Iwate. Maaf nak.." kata Pak Oonishi menahan sedih.

"KAMI YANG HARUS MINTA MAAF! KAMI SELALU MENYUSAHKAN BAPAK.. WAKTU MUSIM PANAS.. BAPAK RELA TIDAK LIBUR DEMI ANAK- ANAK YANG MATEMATIKANYA RENDAH.. WAKTU ITU AKU BERENANG.. AKU MINTA MAAF PAK.." kataku, terus berurai air mata. Aku tidak rela Pak Oonishi pergi!

KRIING...

Bel berbunyi.

"Anak- anak, kalian kembalilah ke kelas. Bapak ada tugas administrasi ke Iwate. Bilang kepada murid- murid, kerjakan latihan IPA halaman 72.." ujar Pak Oonishi. Kami lalu berjalan pelan ke kelas.

SETELAH KAMI SAMPAI DI KELAS...

"Miiko! Kenapa matamu sembab?" tanya Yuuko kahawatir. Apa yang harus kukatakan??? Aku tak rela mengatakan bahwa Pak Oonishi pindah. Aku nggak rela mereka sedih! Bagaimana ini?


~-~-~-BERSAMBUNG-~-~-~


Part IV

"APA?? PAK OONISHI PINDAH KE IWATE?" tanya Yuuko histeris. Tak biasanya ia begitu histeris.

"Iya. Pak Oonishi menjadi tenaga pengajar baru di sana.." kata Miiko sedih, menahan tangis.

"Aku nggak mau.. guru terbaikku pergi pindah.." kata Kaoru ikut sedih.

"PAK OONISHI PINDAH YA TEMAN- TEMAN?" tanya Miho.

"Iya, Miho.. hiks hiks... Tapi aku percaya, Pak Oonishi akan kembali..." kata Miiko, makin menahan tangis.

"Rupanya kalian sudah tahu ya!" kata Mari- chan sedih. Semua terkejut.

"Makanya dari tadi aku murung. Bukan karena kelas manga-ku yang tetap C, melainkan karena Pak Oonishi pindah! Aku nggak mau meceritakan ini ke kalian karena aku takut... kalian sedih.." jelas Mari- chan, sambil menundukkan kepalanya.

"Kau lebih dulu tahu dari kami?!" tanya Miiko. Mari- chan mengangguk.

"Mamaku adalah temannya istri Pak Oonishi. Kemarin, mereka cerita- cerita tentang kepindahan Pak Oonishi dan aku diam- diam mendengarnya!" ujar Mari- chan.

Semua anak- anak tertunduk lemas.

"KITA NGGAK BOLEH SEDIH SEPERTI INI!" jelasku. Ia mengusap air matanya.

"Oh, ya, teman- teman. Pak Oonishi ada urusan adminsitrasi, aku dan Tappei disuruh mengumumkan tugas IPA yang harus dikerjakan. Kerjakan halaman 72 dan berikan yang terbaik untuk Pak Oonishi! Usahakan nilai kita seratus semua, supaya Pak Oonishi bangga!" jelasku tersenyum semangat. Semua mengangguk, dan segera mengerjakan soal yang telah diberikan. Semua berusaha semaksimal mungkin agar mereka dapat seratus semua.

KRING....

Tak terasa, 1 jam kemudian bel makan siang berbunyi. Semua mengumpulkan tugas ke ketua kelas, yaitu Yoshida. Yoshida lalu menaruh tugas- tugas murid di meja Pak Oonishi di kantor.

"Siapa yang piket makan siang?" tanya Tappei. Rupanya yang piket adalah Kaoru, Yoshiki, Izawa dan Mari- chan.

"Ambil makan siang dari dapur sekolah!" usul Tappei. Kaoru, Yoshiki, Izawa dan Mari- chan lalu berlari dan mengambil makan siang.  O, ya. Tappei adalah wakeke alias wakil ketua kelas.

"Miiko, ayo makan!" ajak Tappei. Aku menurut saja. Kami lalu berjalan pelan ke meja kami.

SORE HARINYA... DI PERJALANAN PULANG...

"Aku masih nggak rela Pak Oonishi pindah kerja ke Iwate.." kata Miiko lesu.

"Mau bagaimana lagi..." kata Kenta.

"Hei.. itu kan.." Tappei melihat sesosok manusia yang lumayan tinggi duduk di kursi taman.

"PAK OONISHI!" kata Mari- chan.

"Iya! Ayo kita berlari ke sana!" kataku. Kami berlari cukup kencang menuju kursi taman yang di sana sedang duduk Pak Oonishi.

"Pak Oonishi!" kata Kenta. Pak Oonishi menoleh ke kami.

"Hai.. anak- anak semua!" kata Pak Oonishi sambil tersenyum. Walaupun, ia sedih, sebentar lagi ia akan meninggalkan sekolahnya.

"Pak Oonishi.. apakah benar bapak akan pindah?" tanya Yuuko.

"Ng.. ia, Yuuko. Rupanya Miiko dan Tappei sudah memberitahukannya kepada kalian.." kata Pak Oonishi. Aku berusaha membendung air mata, mengingat saat- saat kami bahagia bersama Pak Oonishi. Waktu tahun baru beberapa tahun yang lalu, kami diundang makan onde- onde dan main ke rumah Pak Oonishi. Dan sekarang.. mungkin tak bisa lagi.

"Pak.. terima kasih yang sebesar- besarnya.. bapak sudah membuat kami semua pintar..!" kata Yoshida sedih. Pak Oonishi tersenyum. "Itu memang tugas bapak sebagai seorang guru."
"Pak.. JANGAN LUPAKAN KAMI!" kata Kenta. Pak Oonishi terharu.

"Tentu.. bapak tidak akan melupakan kalian.. kalian murid bapak yang paling istimewa!" kata Pak Oonishi. Kami tersenyum. Perlahan, kami berjalan pelan dengan kahangatan cerita Pak Oonishi...ESOKNYA...APAKAH PAK OONISHI BATAL KE IWATE? ATAU TETAP PERGI KE IWATE?IKUTI TERUS LANJUTANYYA!




Part V



Hari ini hari terakhir kami belajar dengan Pak Oonishi. Semua murid begitu sedih. Aku pun juga.

DI KELAS.. SAAT PELAJARAN IPA..

"Tumbuhan berdaun hijau dapat berfotosintesis karena memiliki klorofil.. lanjut Yamada!" kata Pak Oonishi.

"Eh? Oh? Saya, pak!" kataku tergagap. Aku terkejut dari lamunanmu. Aku membayangkan.. kami tak lagi belajar dengan Pak Oonishi. Dari pagi tadi mataku berkaca- kaca menahan tangis.

"Yamada, lanjut!" kata Pak Oonishi lagi.

"Ng.. Pak, halaman berapa?" tanyaku. Aku benar- benar tak tahu.

"Yamada! Dari tadi kau melamun saja! Ada apa?" tanya Pak Oonishi.

"Ng.. aku sedih Bapak ke Iwate.." kataku terus terang sambil menundukkan kepala. Pak Oonishi terdiam.

"Anak- anak.. jangan bersedih.." ujar Pak Oonishi. Walaupun kami tahu, Pak Oonishi juga turut bersedih.

"Yoshida.. lanjutkan bacaan Bapak tadi! Halaman 120!" kata Pak Oonishi. Akhirnya pelajaran berlalu dengan rasa sedih.

SAAT JAM PULANG SEKOLAH..

"Anak- anak.. ini saatnya.. bapak pergi..," ujar Pak Oonishi. Aku sekuat tenaga membendung air mataku. tapi.. aku tak kuat!

"Hiks hiks..." aku menangis pelan. Banyak juga yang menangis. Mari- chan, Uranai, Yuuko, Miho, Yakko, Kaoru, dan banyak lagi. Anak laki- laki hanya menundukkan kepala, sedih.

"Jangan bersedih... Bapak bakal berkunjung kok.." hibur Pak Oonishi. Tangisan kami makin menjadi.

"Begini.. bapak sudah menyiapkan rencana bagus. Setelah pulang sekolah ini, kalian mandi dan istirahat sebentar di rumah kalian. Lalu, jam 5, kumpul di rumah bapak! Bapak sudah pinjam bis sekolah! Kalian bawa barang- barang piknik ya.. karena.. Sore ini, kita mau piknik ke bukit sampai malam! Untuk perpisahan.. besok Minggu kan? Nah, paginya kita pulang ke rumah masing- masing. Bapak berangkat Minggu sore..!" jelas Pak Oonishi.

"Kami mau pak!!" kata kamu serempak. Kami bersorak senang.

TENG TENG TENG..

Bel sekolah berbunyi. Kami siap- siap berkemas unik kemah. Ini pasti seru sekali!

"Pak.. pulang dulu ya!" kataku.

"Iya, Yamada! Sampai bertemu nanti!" kata Pak Oonishi. Aku berjalan dengan riang. Kulihat Mari- chan dan Yuuko ada di lantai dasar tangga.

"Lalalalala.. Mari- chan, Yuuko, tunggu!" aku berusaha mengejar Mari- chan dan Yuuko. Aku berlari. Tapi, aku terpeleset dan..."MIIKO! KAMU NGGAK APA- APA?!!" suara Yuuko mengagetkanku. Aku berusaha membuka mataku. Langit- langit ruangan yang putih, bau obat, selang infus, ah... rumah sakit.

"Yuuko, kenapa aku di sini?" tanyaku.

"Waktu kamu mau menyusul kami, kau terpeleset dan.. beginilah.." jelas Yuuko.

"LALU? ACARA.. ACARA KEMPING..?" tanyaku. Aku berusaha berfikir positif. Pasti ada acara kemping. Aku berusaha duduk.

"Miiko.. jangan du.." kata- kata Yuuko terputus.

"AUUWWW!" kataku. Kakiku sakit sekali..!

"Kakimu.. patah..," Yuuko tertunduk. Mari- chan menghampiriku.

"Sabar ya.. Miiko!" kata Mari- chan. Aku terperanjat. Kakiku.. patah?"MIIKO!" suara teriakan Mama mengagetkanku. Lalu Mama, Papa, Mamoru dan Momo masuk lewat pintu.

"Miiko? Kau tak apa- apa?" tanya Mama. Air matanya mengalir.

"Kakiku.. mama..!" aku menangis. Aku tak bisa lagi menahan air mataku yang selama ini terus kutahan dan terus kutahan.

"Miiko, sabar!" kata Mama. Mama mengusap air matanya.

"Mii!" kata Momo.

"Momo.. kaki kakak patah.." kataku seraya mengelap air mata."Shimura, Ogawa, terima kasih telah menunggui Miiko sedari tadi. Maaf, tadi tante terjebak macet.." jelas Mama.

"Tak apa- apa, tante.." jawab Mari dan Yuuko.

"MIIKO!" suara Pak Oonishi mengagetkanku. Bak buk bak buk.. terdengar suara kaki yang menggelegar. Pasti murid- murid lain juga menjenguk. Kuharap.

"MIIKO! KAU TAK APA- APA?" tanya Pak Oonishi seraya dia membuka pintu.

"Tak apa Pak.. tapi.. acara... kemping.. malam.. bagaimana?" tanyaku.

"Miiko.. acaranya nggak jadi karena kakimu patah!" tiba- tiba Yakko menyeloteh. Aku terkejut.

"Gara- gara kamu, Miiko!" Yakko menunjukku.

"YAKKO!" teriak semua yang ada di dalam ruangan. Yakko tertunduk. Ku lirik Yakko. Sepertinya dia sedih sekali.

"MIIKO! KAU BIANG KELADINYA!" teriak Miho.

"MIHO!" sekarang, giliran Miho yang diteriaki. Aku melirik jam. Jam 6.

"Miho! Miiko tak salah!!!!" teriak Tappei. Tappei.. dibalik sifat usilnya.. dia...

"Sudah, tenang!" Pak Oonishi berusaha menenangkan."Teman kita tertimpa musibah. Tak patut kita bersenang- senang." jelas Pak Oonishi. Semua mengangguk kecuali Miho dan Yakko.

"Jadi, Bapak putuskan untuk.."


TO BE CONTINUE...


Wah, wah, gimana ceritanya. Wajib baca ya, ini ceritaku yaaangg.. gitu deh. Tulisannya masih acakadut, hihi. Moga kalian suka dan dimohon COMMENT nya ._.

Tidak ada komentar: